Fenomena konsumsi narkoba di sekitar kita
Dari hasil penelitian dan survey,
pemakai narkoba di seluruh dunia pada umumnya dan Indonesia pada
khususnya meningkat dari hari ke hari. Dari statistik tersebut dapat
terlihat bahwa pengguna narkoba terbanyak adalah kalangan usia remaja
dan usia-usia produktif. Hal ini tentu saja dapat membahayakan
sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia, dimana remaja dan mereka yang
berada di usia produktif adalah potensi penggerak kemajuan peradaban
suatu bangsa, utamanya bangsa Indonesia. Potensi kaum muda untuk maju
menggunakan akal dan pikiran untuk hal yang positif seperti berprestasi
di kancah nasional maupun internasional menjadi kandas karena narkoba.
Saat
seseorang terjerat narkoba, tidak ada yang mendatanginya kecuali
hal-hal yang buruk saja. Narkoba memiliki sifat alami yang memabukkan
dan membuat terlena. Hal ini membuat siapa saja yang mengkonsumsinya
bisa mengalami penurunan daya otak, baik itu kecerdasan, kesadaran
bahkan empati. Pikiran atau akal manusia yang seharusnya digunakan untuk
hal-hal yang positif dan produktif dirubah menjadi suatu entitas yang
hanya berangan-angan dan berkhayal. Yang ada di dalam otak pecandu
narkoba adalah bagaimana ia dapat mengkonsumsi narkoba kembali. Maka
dari itu narkoba menyebabkan ketergantungan. Sekali mengkonsumsi, maka
akan selalu timbul keinginan untuk mengkonsumsinya kembali.
Meskipun
timbul keinginan untuk tidak mengkonsumsi narkoba lagi, namun tubuh
tetap akan meminta narkoba. Maka dari itu seringkali pecandu narkoba
melakukan segala cara untuk mendapatkan narkoba dan mengkonsumsinya.
Sehingga banyak sekali kasus kriminalitas yang dikaitkan kejadiannya
dengan kasus narkoba, seperti mencuri, merampok bahkan membunuh. Semua
hanya bertujuan untuk mendapatkan narkoba. Setiap orang yang
mengkonsumsi narkoba sudah hilang akal, sehingga tidak bisa berpikir
jernih terhadap akibat dari perbuatannya jika ia melakukan sesuatu yang
melanggar hukum. Yang ada di kepalanya adalah bagaimana mendapatkan
narkoba, itu saja. Bagaimana caranya, ia tidak peduli.
Dari
kasus yang sudah terbongkar, Indonesia adalah pasar terbesar narkoba.
Hal ini wajar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar,
terbesar ketiga setelah China dan India. Banyaknya penduduk Indonesia,
utamanya remaja yang masih dalam pencarian jati diri memudahkan para
bandar narkoba untuk menjalankan aksinya. Bahkan beberapa tahun
belakangan ini, tidak hanya sebagai pasar, Indonesia juga sudah dilirik
oleh kartel narkoba untuk menjadi pabrik. Kita sudah melihatnya di
berita kriminal tentang ditemukannya pabrik shabu dan ekstasi yang
beromset puluhan milyar. Jangan membayangkan pabrik seperti pada
umumnya. Yang disebut pabrik narkoba itu hanyalah sebuah rumah biasa,
ruko atau apartemen yang tidak terlalu besar.
Hal
ini diperparah dengan sikap penegak hukum kita yang juga sudah
tersusupi narkoba. Tak terhitung banyaknya polisi dan jaksa yang sudah
tertangkap menggunakan narkoba, ikut mengedarkan narkoba atau menjadi
tempat bernaung bandar narkoba. Ditambah lagi vonis hakim yang bisa
dibeli, suap merajalela semakin menyulitkan penegak hukum yang jujur
untuk memberantas narkoba. Anda bisa lihat contoh kasus Ayung sang
pemilik pabrik ekstasi yang awalnya dihukum mati, diturunkan menjadi 15
tahun penjara lalu 12 tahun penjara di tingkat kasasi. Padahal banyaknya
kasus yang melibatkan narkoba belakangan ini tentu harus menjadi
pelajaran bagi kita untuk menghindari narkoba. Masih ingatkah anda awal
tahun lalu berita mengenaskan seorang pengemudi wanita dalam keadaan
pengaruh narkoba menabrak 9 orang hingga meninggal dan ketika keluar
dari mobil seperti tidak ada rasa bersalah atau ketakutan?
Semoga itu menjadi pengingat bagi kita semua akan bahaya narkoba.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan